Pages

Wednesday 29 December 2010

Keris Sriwijaya

Sriwijaya, disebut dengan berbagai macam nama Orang Tionghoa menyebutnya Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts'i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sansekerta dan Pali disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabaj dan Khmer menyebutnya Malayu, adalah salah satu kerajaan terbesar yang pernah berdiri di Nusantara didirikan di pulau Sumatera, seorang pendeta cina I Tsing mencatat sejak pada tahun 671M Sriwijaya sudah ada, pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang Jayanasa (prasasti kedukan Bukit 682M).


Selanjutnya Sriwijaya berkembang dengan menaklukan kerajaan lain di nusantara Itsing mencatat Melayu dan Kedah telah menjadi kekuasaan Sriwijaya, Berdasarkan prasasti kota kapur yg berangka tahun tahun 686 kemaaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya, ini menjelaskan runtuhnya tarumanegara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah, pada saat yg sama menguasai lampung (prasasti palas pasemah lampung Selatan),


Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa,Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam dan Filipina.Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan biaya atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengakumulasi kekayaannya sebagai pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India.


Sriwijaya juga berperan menghancurkan Kerajaan Medang di Jawa, Prasasti Pucangan menyebut sebuah peristiwa Mahapralaya yaitu peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di mana Haji Wurawari dari Lwaram yang merupakan raja bawahan Sriwijaya, pada tahun 1006 atau 1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja Medang terakhir Teguh Darmawangsa. Selain Wura wari wangsa syailendra di Jawa Tengah (abad 9 M) juga merupakan kerajaan bawahan dan berasal dari Sriwijaya (Buku Sejarah Nasional Indonesia terbitan Balai Pustaka) hal ini didasarkan pada beberapa prasasti berkaitan dengan wangsa Syailendra di jawa yang ditulis dalam bahasa Melayu kuno (bahasa yg digunakan di Sriwijaya) diantaranya prasasti Sojomertodan  prasasti Kalasan, didukung prasasti ligor yang ditemukan di Thailand.


Pada akhirnya daerah kekuasaan dan kerajaan bawahan Sriwijaya menjadi sangat luas sehingga membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya (Malaysia sekarang), Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi. Luasnya wilayah kekuasaan dan kekuatannya secara militer dan akumulasi kekayaan kerajaan Sriwijaya membuat kerajaan ini banyak memberi pengaruh pada kerajaan lain di Nusantara.
Penaklukan wilayah yang begitu luas yang dilakukan Sriwijaya tentu didukung dengan persenjataan yang paling canggih pada masanya , di bawah ini adalah contoh keris yang dipercaya sebagai peninggalan Sriwijaya

Keris Lurus
Dapur Sepukal Jalak
Tangguh Sriwijaya
Pamor slewah nunggak semi dan endas  baya  
link (source)
                                                                                           



Keris luk5
pamor junjung derajat
link (source)


Wednesday 15 December 2010

Peluncuran Buku Keris Bali Bersejarah


Acara Peluncuran Buku dengan judul "Keris Bali Bersejarah" dilangsungkan di  Museum Pande Wayan Suteja Neka di Ubud Bali, Minggu 12 Desember 2011.
  
Buku keris Bali Bersejarah ini disusun oleh Pande Wayan Suteja Neka dan Basuki Teguh Yuwono, diluncurkan di museum neka dalam suasan meriah penuh keakraban diantara pecinta dan pemerhati seni dan budaya tanah air.
Penerbitan Buku- buku tentang keris dan pusaka lain dari berbagai daerah di Indonesia atau negara serumpun tentu sangat dinantikan sebagai sumber ilmu yang memperkaya pengetahuan kita tentang keanekaragaman jenis pusaka dari berbagai daerah di Indonesia dan negara serumpun
Semoga usaha yang baik ini akan diikuti dengan terbitnya berbagai buku sejenis
  
 


Monday 13 December 2010

Wedung Kabudhan

Wedung
Tangguh Kabudhan (diduga dr era jenggala)
Handle tulang orisinil

Wedung kabudhan di bawah ini bentuknya unik dan berbeda dengan wedung yang kita kenal sekarang,  wedung kabudhan ini menggunakan ganja sedangkan wedung yang kita kenal saat ini tidak memakai ganja.


bandingkan dengan wedung yang kita kenal saat ini
 wedung koleksi Ady SD dr

Wedung kabudhan di atas di duga berasal dari jaman sebelum Singasari (sebelum abad 12 M) kemungkinan besar dari era jenggala mengingat wedung sejenis yang telah diuji karbon menunjukan penanggalan karbon dari abad ke-10 M

Wedung sejenis ini tampak pada relief candi Penataran (abad 13-14 M)
Juga tampak pada genggaman arca Siwa Bhairawa yang ditemukan di Malang yang saat ini menjadi koleksi museum Belanda. lihat http://old.blades.free.fr/keris/introduction/origin/history3.htm

Situs Old Blade menggolongkan wedung kabudhan ini sebagai jambiya sejenis belati india dan persia, tapi bila diperhatikan terdapat perbedaan signifikan karena jambiya biasa memiliki mata tajam pada 2 sisi sedang wedung kabudhan hanya memiliki mata pada satu sisi. lihat bentuk jambiya di sini http://en.wikipedia.org/wiki/File:Jambiya.jpg

Sunday 12 December 2010

Golok Kabudhan

Golok kabudhan
Bentuknya sangat unik dengan lengkungan tajam menurun dari gagangnya, dan dibuat dengan keseimbangan yang sangat baik sebagaimana kesimbangan pada badik.
Golok ini sejenis dengan senjata purwacarita hasil penggalian di situs percandian Batujaya di Kerawang Jawa Barat peninggalan masyarakat buni (abad2-3M), golok inipun diduga dibuat di Jawa Barat (Pajajaran) tentunya dengan usia yg jauh lebih muda dari peninggalan masyarakat Buni, mungkin bisa disebut putran golok buni?
Senjata sejenis dengan ukuran yg lebih besar dan panjang digunakan masyarakat dayak dengan nama parang latok


 

 dibuat dengan keseimbangan yang baik seperti badik


senjata peninggalan masyarakat buni, yg paling kiri sejenis dengan golok kabudhan

Keris Jalak Budha Tegak

Keris Dapur Jalak Budha Tegak
keleng tanpa pamor

Keris budha/kabudhan diyakini merupakan bentuk keris paling awal. Keris kabudhan terdiri dari 2 jenis yaitu keris betok dan keris jalak, perbadaannya terletak pada ricikan (kelengkapan) keris, pada keris jalak terdapat pijetan, tikel alis, dan sogokan, sementara pada keris betok hanya terdapat pijetan.

Bentuk keris Kabudhan yang tegak diduga lebih tua dari pada yang keris budha yang memiliki kecondongan terhadap ganja, keris kabudhan yang lebih tegak merupakan peralihan dari kadga (sejenis senjata india yang bentuknya tegak lurus tanpa kecondongan) menuju keris dalam pengertian saat ini yang memiliki derajat kecondongan tertentu terhadap ganja.
kadga pada relief candi Prambanan

Keris dibawah ini adalah keris Jalak Budha yang tegak sehingga diduga merupakan jenis keris yang paling awal



 Keris kabudhan Lurus di atas sejenis dengan keris kabudhan yang digambarkan pad relief candi Penataran (abad 14)

jalak budha lurus relief candi penataran (abad 13-14)

Saturday 11 December 2010

APA YANG DINAMAKAN KERIS

Menurut kamus umum bahasa indonesia keris adalah senjata tajam bersarung, berujung tajam, dan bermata dua (bilahnya ada yg lurus, ada yg berkeluk-keluk).

Definisi di atas menggambarkan beberapa ciri keris namun terasa kurang lengkap karena tidak semua senjata tajam bermata dua berujung tajam dan bersarung dapat disebut keris, pedang bermata dua dan bersarung dapat memenuhi definisi di atas tapi tetap tidak dapat disebut keris.

Ensiklopedi keris yang ditulis Bambang Harsrinuksmo menyebutkan 4 kriteria utama yang harus dipenuhi sebuah senjata sehingga dapat disebut keris, Kris disk karya Karsten sejr Jensen menyebutkan kriteria bilah dan ganja asimetris sebagai keunikan keris.

Berdasarkan sumber-sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat  disebut sebagai keris senjata tajam harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:

 

1.         Keris harus bermata dua dan berujung tajam
berbeda dengan badik yang umumnya hanya memiliki satu mata (sisi tajam) keris selalu memiliki dua mata

           
2.         Keris harus terdiri dari dua bagian utama, yaitu:
·                     bagian bilah keris termasuk paksi, dan
·                     bagian ganja.

3.         Bilah keris harus membuat sudut tertentu terhadap ganja, tidak tegak  lurus

4.         Ukuran panjang bilah keris yang lazim adalah antara 33 cm sampai 38 cm. Namun bilah keris luar Jawa panjang bilahnya bisa mencapai 58 cm, bahkan keris buatan Filipina Selatan panjangnya ada yang mencapai 64 cm.
Mengenai senjata tikam menyerupai keris yang panjangnya di bawah ukuran yang lazim, menurut banyak ahli belum bisa dikategorikan sebagai keris, tetapi keris-kerisan.
5.         Keris yang baik harus dibuat dan ditempa dari tiga macam logam, minimal dua, yaitu besi, baja, dan bahan pamor.
Keris-keris tua, atau lebih tepatnya prototipe keris, misalnya keris Buda, belum menggunakan pamor (Harsrinuksmo, 2004).
6.          Keris memiliki bentuk yang tidak simetris /asimetris mengikuti bentuk ganjanya yang asimetris

Bambang Harsrinuksmo dalam bukunya Ensiklopedi Keris hanya menyebutkan empat kriteria keris yaitu kriteria ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5, Bambang Harsrinuksmo perpendapat bahwa keempat kriteria tersebut adalah kriteria paling utama, dan senjata yang tidak memenuhi kriteria utama tersebut tidak bisa disebut keris. Benda menyerupai keris yang terbuat dari tembaga, kuningan, dan logam-logam selain disebut di atas, tidak dapat digolongkan sebagai keris. Begitu juga keris yang dibuat bukan melaui proses penempaan melainkan dicor, meskipun terbuat dari besi atau baja, juga tidak  bisa disebut keris.
Beliau tidak menyebutkan kriteria penting yang terkandung dalam definisi keris menurut Kamus umum bahasa indonesia yaitu ” senjata bermata dua dan berujung tajam.” Karena itu penulis memasukan kriteria tersebut dalam kriteria pertama.  Beliau  juga tidak memasukan bentuk asimetris sebagai kriteria keris, mungkin beliau berpendapat sudah termasuk dalam kriteria kecondongan, tetapi penulis berpendapat kriteria asimetris ini perlu dipisahkan karena selain menunjukan bentuk bilah asimetris juga menunjukan asimetrisnya ganja.
Beberapa kriteria yang disebutkan di atas membuat keris menjadi senjata yang unik dan dapat dibedakan dari jenis senjata lainnya.
Banyak anggapan keliru mengenai keistimewaan keris sehingga ada yang menganggap bahwa hanya keris senjata yang memiliki luk, hal ini tidak benar karena beberapa senjata persia memiliki luk.
Ada juga yang menganggap bahwa pamor hanya ada pada keris dan bahwa pamor hanya dibuat oleh bangsa kita, anggapan seperti ini juga keliru karena pedang-pedang bangsa Eropa banyak dihiasi dengan berbagai motif pamor bahkan pedang bangsa Viking (eropa) yang dibuat jauh sebelum Masehi sudah mengenal pamor, pedang katana jepang dan pedang-pedang Persia pun sejak dahulu dihiasi dengan pamor.
Bukan luk dan pamor yang membuat keris menjadi unik tapi gabungan dari beberapa kriteria di atas dan fungsinya yang begitu kompleks dalam kehidupan bangsa kita yang membuat keris menjadi unik.